aku lupa bagaimana caranya mengikat keindahan dalam kosa kata sederhana. aku lupa bagaimana mengucapkan terimakasih dengan tulus dan sepenuh hati. aku lupa dengan suara tawa ku yang selalu membuat burung-burung gereja yang hinggap didekat pohon terbang kelabakan. takut dimangsa.aku juga lupa.. punya satu tempat spesial di rumah ini. tempat yang baru aku saja berani menginjakkan kaki disana. tempat dimana aku menangis tanpa air mata. menangis dalam diam. tempat dimana aku bercengkrama dengan langit. menatap siluet daun dengan takjub. menulis tentang apa saja. membaca puluhan lembar buku dengan seksama. diam dan menelaah. menelusri setiap inti bacaan.
aku lupa. aku punya satu tempat sederhana disini. sebuah atap. atap dari bangunan yang belum jadi. bekas-bekas semen masih tersisa. satu tempat sederhana..ditempat ini burung-burung hanya terbang tujuh senti diatas ku. bangunan ini tidak tinggi tapi cukup untuk membuatku aman dari segala hiruk pikuk memililukan dibawah sana.sekarang akupun sedang disini. duduk bersijajar dengan genting dapur ku. menatap jernih nya langit. dan bulan yang memutih di jingga hari. separuh yang sempurna.
disini aku merasa sendiri yang nyaman. sendiri yang menentramkan. bukan sendiri yang kesepian dan menakutkan. aku menyisiri pinggiran atap ini. menemukan sepotong kenangan masa lalu..setiap aku mendongak, aku melihat selembar keindahan. selembar langit biru rona merah muda. terbentang sempurna. arak-arakan awan tipis. derai tawa anak-anak kecil yang terdengar dari bawah. aku menemukan sekeping kerinduan yang aku rindukan lama. sekeping harapan yang terendam duka mulai meranjak naik, menampakkan kilau cahaya nya.
aku menelanjangi waktu dengan diam. diam yang menyenangkan.
hidup memang selalu penuh rahasia. penuh teka-teki. rencana langit memang tak melulu menyenangkan. mungkin lebih banyak menyakitkannya. tapi bukankah Tuhan adalah sutradara terbaik? dia sudah menggariskan sebuah kehidupan manusia dengan sangat apik. hukum sebab-akibat yang menjadi salah satu tema nya. hukum yang terlupakan oleh banyak manusia..
dan dipenghujung biru kini, aku menyadari hukum itu ada. nyata. dan aku telah banyak melakukan sebab salah sehingga menimbulkan akibat yang salah juga.. ini bukan lagi masalah waktu. ini masalah ku. diri ku. dirimu. diri kita. yang ingin merubah hukum sebab-akibat yang lebih baik atau tetap berkutat dengan itu-itu saja
hanya butuh beberapa menit untuk sendiri. untuk mendengar hati bercerita dan kita bisa menentukan kembali tujuan yang sempat hilang. semangat yang sempat musnah. kesedihan yang sempat abadi runtuh. juga menemuka kepingan-kepingan mimpi yang siap untuk dijemput. direngkuh dalam senyum kemenangan
Sepuluh September dua ribu tiga belas
Canggu-BALI
0 komentar:
Post a Comment