Sebenarnya aku sedang berfikir akan menulis apa di Februari ini. Mungkin akan menulis tentang cinta, seperti tema-tema yang kini banyak tertuang di bulan yang katanya adalah bulan cinta.
Tapi bukankah memang selalu tentang cinta? Iya, seharusnya aku tahu, aku tak pernah mengenal bulan cinta, sebab hari-hariku adalah cinta, tulisanku adalah cinta. Tak perlu Februari tuk mengkhususkannya, bukan?
Tapi bukankah memang selalu tentang cinta? Iya, seharusnya aku tahu, aku tak pernah mengenal bulan cinta, sebab hari-hariku adalah cinta, tulisanku adalah cinta. Tak perlu Februari tuk mengkhususkannya, bukan?
Aah tak perlu mempermasalahkan fakta bulan cinta dan cinta itu sendiri. Hanya kita perlu tahu, cinta selalu butuh moment. Butuh waktu. Butuh masa di mana kita ingin memastikan cinta itu benar ADA-nya. :’)
Aihh apa ini, lagi-lagi cinta yang tak terusaikan, cinta yang tak tuntas di ranah jarak. Cinta yang tak pernah habis terceritakan. Maaf, sejenak tadi ingin kupatahkan ingatanku untuk tak menoreh tentang cinta, tapi tungkai rindu lebih besar dari angin yanng membadai, aku harus terkukuh olehnya. Aku jatuh lagi, pada rindu yang ingin ku damaikan di kesepianku. Di cinta yang telah begitu lama mendiam…
However, tak pernah ada detik yang mendetak tanpa cinta. Apa lagi hanya ingin memomenkannya di satu waktu. Cinta itu adalah nafas itu sendiri. Ia ada di setiap hari… Meski terkadang kita perlu moment, pastikanlah cintamu ada di setiap hela nafasmu..
Owkeeeeh :) ;)
Owkeeeeh :) ;)
*nb:
Ini bukan valentine ke tujuh lagi ,
Tentang Valentine ke tujuh cukup sampai disini
Ini bukan valentine ke tujuh lagi ,
Tentang Valentine ke tujuh cukup sampai disini
Di Ranah Waktu, Di Doaku untuk CINTA
14 Februari dua ribu empat belas